Tujuan dari evaporasi adalah memekatkan larutan yang mengandung zat yang
sulit menguap (non-volatile solute)
dan pelarut yang mudah menguap (volatile
solvent) dengan cara menguapkan sebagian pelarutnya. Pelarut yang ditemui
dalam sebagian besar sistem larutan adalah air. Umumnya, dalam evaporasi,
larutan pekat merupakan produk yang diinginkan, sedangkan uapnya diembunkan dan
dibuang. Sebagai contoh adalah pemekatan larutan susu, sebelum dibuat menjadi
susu bubuk. Beberapa sistem evaporasi bertujuan untuk mengambil air pelarutnya,
misalnya dalam unit desalinasi air laut untuk mengambil air tawarnya.
Evaporasi berbeda dengan distilasi, dalam hal uap yang
dihasilkan biasanya merupakan komponen tunggal; bahkan jika uapnya adalah
multikomponen, tidak ada usaha untuk memurnikan uapnya menjadi fraksi-fraksi
komponen penyusunnya.
JENIS-JENIS EVAPORATOR
Dalam bagian ini
akan dibahas skema peralatan evaporasi dan pinsip kerja berbagai evaporator
serta beberapa kelebihan dan kekurangan masing-masing.
1.
Horizontal Tube
Evaporator.
Alat ini
merupakan evaporator yang paling klasik dan sederhana. Evaporator ini banyak
digunakan untuk keperluan-keperluan kecil dengan teknologi sederhana.
Features:
·
Tidak memberikan
kondisi untuk terjadinya sirkulasi/aliran cairan, sehingga koefisien transfer
panas rendah yang menjadikan perpindahan panas tidak efisien.
·
Pengendapan kerak
terjadi diluar pipa, sehingga sulit untuk dibersihkan. Konstruksi alat harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga bundel pipa bisa dikeluarkan untuk
dibersihkan.
2. Basket Evaporator
Features:
·
Sirkulasi/aliran cairan
bisa berjalan dengan baik sehingga koefisien transfer panas akibat konveksi
alami (natural convection) besar,
menjadikan transfer panas cukup efisien. Sirkulasi aliran terjadi secara alami (natural circulation) karena adanya beda
rapat massa yang diakibatkan oleh adanya beda fasa antara cairan yang berada
diluar pipa dengan cairan yang ada didalam pipa (ρdalam-pipa < ρlrt-diluar-pipa).
·
Pengendapan kerak
terjadi didalam pipa, sehingga lebih mudah untuk dibersihkan.
3. Standard Vertical-Tube Evaporator
Pada alat ini,
cairan mengalir dalam pipa sedangkan steam pemanas mengalir dalam shell. Cairan dalam tabung mendidih, uap yang timbul bergerak
keatas dengan membawa cairan. Sirkulasi aliran dalam pipa terjadi karena beda
rapat massa yang terjadi karena perbedaan fasa antara fluida dalam pipa (yaitu:
campuran uap-cair) dengan yang diluar pipa (cair). Diatas pipa terdapat ruang
uap yang berfungsi untuk memisahkan cairan dengan uap. Uap akan menuju lubang
pengeluaran diatas, sedangkan cairan jatuh kebawah melewati saluran besar yang
ada ditengah bejana, dan kembali bersirkulasi masuk pipa-pipa. Konveksi alami (natural convection) berjalan baik
sehingga transfer panas lebih efisien. Kerak dan endapan terbentuk didalam
pipa, sehingga lebih mudah untuk dibersihkan. Adanya sirkulasi menyebabkan
cairan berkali-kali kontak dengan permukaan pemanas. Hal ini kurang baik untuk
bahan-bahan yang tidak tahan terhadap panas, misalnya: susu, juice dan berbagai dairy product.
4. Long Tube Vertical Evaporator
Untuk
memperbesar kecepatan sirkulasi cairan dengan harapan koefisien perpindahan
panas makin tinggi, pipa-pipa transfer panas dibuat lebih panjang. Aliran
cairan, setelah masuk ruang uap untuk dipisahkan dengan uap yang terbentuk,
kembali kebawah melalui pipa diluar evaporator.’
Keuntungan: Koefisien transfer panas karena sirkulasi
alami (natural circulation) lebih besar,
sehingga transfer panas bisa lebih efisien.
Kerugian:
Jumlah cairan
yang menguap setiap pass sangat besar
(karena pipa panjang) sehingga konsentrasi lokal dimulut pipa bagian atas akan
sangat tinggi (ingat: cairan dalam evaporator tidak homogen, karena adanya
perbedaan suhu dan konsentrasi padatan lokal!). Hal ini dapat menyebabkan
kristalisasi/pembentukan gel pada pipa, sehingga bisa mengganggu sirkulasi
aliran.
5. Vertical
Tube Evaporator with Forced Circulation
Sirkulasi cairan untuk memperbesar koefisien transfer panas dibantu
dengan pompa. Perpindahan panas terjadi karena konveksi paksa (forced convection) sehingga koefisien
transfer panas bisa lebih tinggi. Disamping itu, karena arus sirkulasi besar,
maka penyumbatan-penyumbatan dalam pipa bisa diatasi oleh aliran oleh pompa. Pipa tidak terlalu panjang. Sirkulasi berjalan cepat, sehingga larutan
dalam evaporator lebih homogen. Adanya pompa yang menjadi satu dengan
evaporator membuat alat ini lebih mahal (baik biaya pembelian maupun biaya
operasinya). Karena aliran keluar pipa cepat, maka pemisahan uap-cairan dalam
ruang uap menjadi lebih sulit, sehingga diperlukan baffle yang lebih baik dan
ruang pemisah yang lebih besar dibagian atas.
Gambar (a dan b) dibawah, yaitu boiling
tube evaporator dan submerged tube
evaporator adalah contoh lain dari forced circulation vertical tube evaporator:
Pada submerged tube type,
seluruh pipa pemanas tercelup dalam cairan. Umpan masuk melalui saluran dalam
bejana pemisah uap-cair kemudian mengalir kedalam pemanas dari bawah. Pada boiling tube type, tidak seluruh pipa
pemanas tercelup oleh larutan. Larutan
umpan langsung masuk kebagian bawah seksi pemanas.
6. Forced
Circulation Evaporator with External Heater
Pompa, heat
exchanger dan pemisah uap-cairan masing-masing merupakan unit yang terpisah .
Untuk mendapatkan alat ini, bias digunakan alat-alat biasa yang dirangkai
sendiri. Kelakuan alat ini seperti pada vertical
tube evaporator with forced circulation, akan tetapi lebih murah dan
fleksibel karena bisa dirangkai sendiri. Akan tetapi alat
ini membutuhkan ruang yang lebih luas (kurang kompak).
7. Climbing
Film, Long Tube Vertical Evaporator with External Heater
Pada prinsipnya
sama seperti Long Tube Vertical Evaporator, hanya alat pemanas dan pemisah uap
terpisah. Seperti forced circulation
evaporator dengan external heater, alat ini mudah dirangkai sendiri, tetapi
kurang kompak. Nama lain dari jenis evaporator diatas adalah Rising Film Evaporator with external heater.
8. Falling
Film Evaporator
Dalam falling film evaporator, cairan mengalir
kebawah membentuk film disekeliling dinding dalam pipa. Aliran disebabkan oleh
gaya berat dan gesekan uap. Uap yang terbentuk bergerak kebawah. Meskipun Δt kecil, tetapi aliran tetap baik karena adanya gaya gravitasi (bandingkan
dengan natural convection evaporator!).
Luas permukaan pemanasan jauh lebih besar dibandingkan dengan volume cairan
dalam evaporator. Hal ini memungkinkan transfer panas yang cukup dan perusakan
bahan belum banyak terjadi karena waktu tinggal yang kecil (volume cairan dalam
evaporator kecil). Kapasitas alat ini tidak bisa divariasi terlalu besar.
Pembahasan lebih detil tentang alat ini ada pada sub-bab berikutnya.
Contoh beberapa
jenis falling film maupun rising film evaporator dapat dilihat
pada gambar-gambar dibawah.
9. Agitated
Film Evaporator
Nama lain: turbulent film evaporator atau wiped-film
evaporator (untuk yang horisontal).
Evaporator berbentuk
tabung (shell) vertikal atau
horizontal, dengan pemanas diluar tabung. Pada sumbu tabung terdapat batang yang
dapat diputar, yang dilengkapi dengan sirip-sirip. Pada vertical agitated film
evaporator, saat batang berputar, cairan bergerak kebawah akan terlempar
ketepi tabung (bagian panas) karena putaran sirip. Cairan ditepi tabung akan
terpental kembali ketengah tabung. Pada bagian atas tabung disediakan ruang
untuk pemisahan uap cairan. Transfer panas berjalan dengan sangat efisien.
Problem penyumbatan dan konsentrasi local yang tinggi dapat teratasi.
Agitated film
evaporator dirancang untuk larutan yang sangat kental (viskositas tinggi) atau
untuk memproduksi padatan. Meskipun demikian, alat ini mahal, konstruksinya
sulit dan biaya operasinya tinggi (karena perlu tenaga pengadukan).
|
|
10.
Direct Contact Evaporator
Pada alat ini,
cairan berkontak langsung dengan gas pemanas.
Sumber: Foust, et al., 1980
Koefisien
transfer panas sangat besar. Ruang didalam tabung ditengah berfungsi untuk
pembakaran. Evaporator ini digunakan untuk cairan yang sangat kental, bahkan slurry. Pemakaian panas
kembali sulit dilakukan.
11.
Stirred, Discontinuous Evaporator
Evaporator jenis ini
digunakan untuk mengiapkan larutan dengan viskositas tinggi atau bahkan pasta
atau pulpy. Pemanas dapat dialirkan
dalam koil (internal heating), jaket
pada shell (external heating)
(sumber: Sattler and Feindt, 1995, Thermal
Separation Processes).
Sumber: Sattler and
Feindt, 1995
Catatan:
Pada saat sekarang,
kebanyakan industri menggunakan evaporator tipe vertical tube evaporator
dan agitated film evaporator. Pada
industri susu (atau bahan makanan/dairy yang sensitive terhadap panas), banyak
digunakan falling film evaporator.
Pada sub-bab dibelakang
akan dibahas secara khusus tentang falling film evaporator.
PEMILIHAN
JENIS EVAPORATOR
Pemilihan jenis
evaporator setidak-tidaknya harus memperhatikan faktor-faktor berikut:
- Kapasitas produksi yang disyaratkan (throughput required)
- Viskositas umpan dan kenaikkan
viskositas selama penguapan
- Produk yang diinginkan:
padatan, slurry atau larutan
pekat
- Sensitivitas bahan/produk terhadap
panas
- Apakah larutan yang diproses fouling (menimbulkan kerak) atau non-fouling
- Apakah larutan dapat
menimbulkan busa (foaming)
- Apakah harus dilakukan pemanasan
langsung (direct heating)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar